Tepi Danau Toba Berbunga Senja #1


Berdiri sendiri di tepi Danau Toba menatap cahaya senja yang hendak tenggelam. Menyendiri memang sudah kesenangan Cinta setiap sore di tepi danau itu. Cinta memang sudah kelas 3 SMA yang kebetulan bersekolah di sekolah Favorit Kecamatan Sianjae. Hanya saja Cinta masih dimanjakan oleh kedua orang tuanya. Suatu hal yang wajar karena Cinta adalah anak tunggalnya Pak Rianto.

Sebenarnya Cinta sangat ingin pergi keluar kota, akan tetapi kedua orang tuanya menolak, dan karena itulah salah satu alasan Pak Rianto. Sehingga apapun yang diminta oleh Cinta langsung diberikan Pa Rianto. Agar Cinta betah tinggal di desa dan tidak pergi merantau ke luar kota.

Pak Rianto bisa saja  memberikan apapun yang diminta oleh putrid tunggalnya, Karena pak rianto bisa dikatakan pedagang yang sukses di kecamatan sianjae.

“Hei.. Cin. Sudah ku duga, ternyata benar di sini”. Ucap Ranes lembut dari sebelah kiri Cinta berjarak sekitar 10 Meter.

“E..eh, Kau Ran. Terkejut aku kau buat. Darimana kau?” Tanya Cinta sembari duduk santai di bebatuan tepi danau, meluruskan kaki ke depan.

“Kenapa lagi cin? Ada masalah baru?”

“Enggak kok, santai”

“Yakiiin… Lagi baik loh aku mau dengarin kau ngomong” Ranes senyum bercanda menunjukkan gigi putihnya ke arah Cinta.

“Santaaai, enggak ada apa apa, aku tau kok, kau memang sahabat satu satunya yang tiada dua” Cinta tersenyum sembari berdiri. “Pulang yok, nanti aku di marahin lagi kalau terlalu asik sama air yang tenang di depanku” lanjut Cinta menarik lengan Ranes dan langsung melepasnya begitu saja.

“Iya… iya…” Tangan kiri ranes mengambil batu kecil berbentuk jengkol sembari berdiri “Aku ada sesuatu  untukmu Cin” ketus Ranes  melanjutkan ucapannya.

“Apa?”

“Ini” Ranes mengarahkan batu kecil yang baru saja dia ambil dan memberikannya pada Cinta dengan mimik wajah yang serius.

“Maksudnya apa? Ini… batu.. buatku?macam ngga pernah liat batu aja aku ya? Hihi” tawa kecil Cinta nada mengeledek Ranes.

“Bukan gitu.. ini, ambil aja dulu” Ranes membuka kolapak tangan kanan Cinta dan meletakkannya di tangan Cinta.

“Ha..?” Cinta terdiam sejenak dengan wajah sangat heran ketika melihat wajah Ranes dengan sangat serius, tetapi tetap memegang batu kecilnya.

Tepat di bawah pohon mangga tua yang tidak jauh dari tepi Danau Toba tempat Cinta biasa menikmati kesendiriannya. Jarah 100 meter dari pohon, Pak Rianto melihat putri tunggalnya dan dua orang pemuda di bawah pohon mangga tua tersebut.

“Cinta…” Ranes menatap tajam bola mata Cinta.

“Ia Ran, maksudnya apa ini Ran? Aku bingung sebingung bingungnya, suwer” Cinta mengangkat jari telunjuk dan jari tengah pada tangan kanannya terpisah. Sehingga terlihat oleh Ranes  batu kecil itu masih digenggam oleh Cinta.

“Cin.. Seharusnya yang bingung itu adalah aku, bukan kau”

“Wah, kok gitu. Kenapa?”


Tidak ada komentar:

Pages