Berdiri
sendiri di tepi Danau Toba menatap cahaya senja yang hendak tenggelam.
Menyendiri memang sudah kesenangan Cinta setiap sore di tepi danau itu. Cinta
memang sudah kelas 3 SMA yang kebetulan bersekolah di sekolah Favorit Kecamatan
Sianjae. Hanya saja Cinta masih dimanjakan oleh kedua orang tuanya. Suatu hal
yang wajar karena Cinta adalah anak tunggalnya Pak Rianto.
Sebenarnya
Cinta sangat ingin pergi keluar kota, akan tetapi kedua orang tuanya menolak,
dan karena itulah salah satu alasan Pak Rianto. Sehingga apapun yang diminta
oleh Cinta langsung diberikan Pa Rianto. Agar Cinta betah tinggal di desa dan
tidak pergi merantau ke luar kota.
Pak
Rianto bisa saja memberikan apapun yang
diminta oleh putrid tunggalnya, Karena pak rianto bisa dikatakan pedagang yang
sukses di kecamatan sianjae.
“Hei..
Cin. Sudah ku duga, ternyata benar di sini”. Ucap Ranes lembut dari sebelah
kiri Cinta berjarak sekitar 10 Meter.
“E..eh,
Kau Ran. Terkejut aku kau buat. Darimana kau?” Tanya Cinta sembari duduk santai
di bebatuan tepi danau, meluruskan kaki ke depan.
“Kenapa
lagi cin? Ada masalah baru?”
“Enggak
kok, santai”
“Yakiiin…
Lagi baik loh aku mau dengarin kau ngomong” Ranes senyum bercanda menunjukkan
gigi putihnya ke arah Cinta.
“Santaaai,
enggak ada apa apa, aku tau kok, kau memang sahabat satu satunya yang tiada
dua” Cinta tersenyum sembari berdiri. “Pulang yok, nanti aku di marahin lagi
kalau terlalu asik sama air yang tenang di depanku” lanjut Cinta menarik lengan
Ranes dan langsung melepasnya begitu saja.
“Iya…
iya…” Tangan kiri ranes mengambil batu kecil berbentuk jengkol sembari berdiri
“Aku ada sesuatu untukmu Cin” ketus Ranes melanjutkan ucapannya.
“Apa?”
“Ini”
Ranes mengarahkan batu kecil yang baru saja dia ambil dan memberikannya pada
Cinta dengan mimik wajah yang serius.
“Maksudnya
apa? Ini… batu.. buatku?macam ngga pernah liat batu aja aku ya? Hihi” tawa
kecil Cinta nada mengeledek Ranes.
“Bukan
gitu.. ini, ambil aja dulu” Ranes membuka kolapak tangan kanan Cinta dan
meletakkannya di tangan Cinta.
“Ha..?”
Cinta terdiam sejenak dengan wajah sangat heran ketika melihat wajah Ranes
dengan sangat serius, tetapi tetap memegang batu kecilnya.
Tepat
di bawah pohon mangga tua yang tidak jauh dari tepi Danau Toba tempat Cinta
biasa menikmati kesendiriannya. Jarah 100 meter dari pohon, Pak Rianto melihat
putri tunggalnya dan dua orang pemuda di bawah pohon mangga tua tersebut.
“Cinta…”
Ranes menatap tajam bola mata Cinta.
“Ia
Ran, maksudnya apa ini Ran? Aku bingung sebingung bingungnya, suwer” Cinta
mengangkat jari telunjuk dan jari tengah pada tangan kanannya terpisah.
Sehingga terlihat oleh Ranes batu kecil
itu masih digenggam oleh Cinta.
“Cin..
Seharusnya yang bingung itu adalah aku, bukan kau”
“Wah,
kok gitu. Kenapa?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar